Perjalanan Pena 02: Hakikat Ilmu Yang Diperjuangkan



Sebuah sel mampu hidup dan berfungsi selayaknya makhluk utuh dan bernyawa. Dapat “Bernafas” maupun membuang “kotoran”, itulah yang dinamakan sebagai sifat otonom atau sifat mandiri. Bermodal sepotong sel suatu makhluk hidup dapat tumbuh dan berkembang, apalagi yang berjuta-juta bahkan milyaran sel. Mereka dapat membentuk suatu sistem dan kesatuan yang harmoni untuk saling berinteraksi dan memahami, berartikulasi tanpa henti, tanpa cacat dan tanpa konfrontasi. Itulah sebabnya mengapa “kita” disebut makhluk hidup. Salah satunya karena adanya keteraturan. Keteraturan dalam susunan rupa maupun logika. 

Berbicara tentang sel memang tiada habisnya untuk ditelaah. Tak sengaja juga beberapa waktu yang lalu saya terduduk ditengah-tengah sekumpulan manusia yang sedang terdiam takzim menyaksikan dan mendengarkan untaian sebait-dua-bait kalimat seseorang didepan ruang kelas. Entah mengapa suasana waktu itu tampak hening dan syahdu, dan hanya terdengar gemeletuk pena menggores kertas yang beralasankan kayu. Sayup-sayup orang didepan kelas bercakap tentang suatu hal mengenai bahasan ilmiah. Sekelebat terdengar “The beginning of life is started by cell division”. Sekelebat ter-translate secara sempurna dibawah alam sadar. Bahwa memang semua bentuk kehidupan saat ini dimulai dari sebuah sel yang membelah dan terus membelah hingga akhir takdir untuk berhenti. 

Sejenak pikiran ini terbayang-bayang oleh kalimat pendek itu. Dan setelah beberapa saat pikiranku sepenuhnya melayang-layang tanpa arah dan tujuan, entah kemana, kesuatu wilayah antah berantah. Samar, remang, dan serba hitam-putih. Aku hidup dan bergerak, hingga tumbuh sebesar ini, diawali dari sebuah sel. hmmmm. . . renungku dalam bayang-bayang. Terbesit juga tentang istilah “Dogma Sentral” yang baru ku dengar tempo hari. Replikasi . . . memang untuk mengawali. Transkripsi . . . untuk menyalin, dan Translasi . . . untuk menterjemahkan. Jika dipikir-pikir dan dipas-paskan dengan makna hidup dan kehidupan, ke-tiganya memang agak nyambung. Aku hidup saat ini adalah terjemahan dari manuskrip sang pencipta, yang sudah jauh-jauh hari ditulis sebelum alam semesta tercipta dan bumi ini terbentuk bulat. 

“Sreeeeekkk” bunyi kursi bergeser dari tempatnya sedikit mengingatkanku akan diri ini. Namun sekali lagi, pikirannku menjadi berputar-putar mencoba mengingat-ingat memori alur perjalan hidup. Tak mengerti kenapa tidak dapat mengingat diri ini sebelum usia yang mengharuskan bisa membaca dan menulis. Benar-benar tidak ingat, atau memang disengaja dibuat amnesia. Ketidaktahuan ini pasti ada sebabnya. Entah apa rencana-Nya untuk diri yang tak tahu apa-apa ini. Butuh lebih dari sekedar ilmu pengetahuan untuk dapat meyakininya. Tapi . . . ah sudahlah, saya mungkin harus belajar lagi dan lagi. 

“Kletek”. Sekali lagi terdengan suara geletak pena yang terjatuh tepat persis dihadapan bangku saya. Lamunanku terpecah olehnya. Tak kusangka beberapa menit yang lalu aku melamun. Melamun yang sampai-sampai tak menyadarkan diri ini bahwa kegiatan perkuliahan sudah berada diujung waktu. Kusadari bahwa lamunanku telah melewatkan beratus informasi tentang suatu ilmu yang mungkin tak dapat terulang lagi. Butuh perjuangan yang tidak sedikit untuk sampai disini. Dibangku ilmu yang aku duduki. Walaupun tak banyak ilmu yang bisa kuuntai. Ijinkan sekali lagi pena ini untuk mengurai. 



-Bersambung-

0 Response to "Perjalanan Pena 02: Hakikat Ilmu Yang Diperjuangkan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel